Beberapa waktu di akhir pekan yang lalu saya dan beberapa teman dari paroki Santa Clara mendapat undangan dari tim PSDM KKMK Paroki Arnoldus Janssen untuk mengikuti acara yang bertema “muda yang BERBUDAYA”.
Dengan suasana malam yang dingin tepat di hari Jumat, 4 Oktober 2013 lampu-lampu di sekitar panggung, baju-baju daerah yang di pakai panitia dan alunan musik tiap-tiap daerah juga ikut mengambil ahli hati ini untuk mengucap „saya kangen rumah‟ ya begitulah ujar teman saya Anjar yang dari awal pintu masuk sudah bernyanyi-nyanyi mengikuti alunan lagu lir ilir. Acara ini membahas semua tentang budaya. Budaya sendiri kalau dideklarasikan tidak identik dengan busana daerah dan tari tradisionalnya saja namun dengan makanan tradisonal dan permainan tradisional. Siapa sih yang tidak mengenal makanan yang bernama Gethuk? Siapa sih yang tidak mengenal permainan yang bernama Ampar-ampar pisang?. Mungkin hanya bapak dan ibu kita yang masih mengingatnya.
Dunia semakin lama semakin melaju cepat menuju tingkat yang lebih modern lagi. Tempat-tempat makanan modern cepat saji semakin banyak dan games canggih sudah ada di satu benda yang bernama „handphone‟.
Yap dunia memang semakin maju. Jika kita teliti lagi, pertama makanan tradisional jauh lebih menyehatkan dari pada makanan cepat saji yang kita belum tahu bahan makanan itu higenis atau tidak yang ada dipikiran
penjual adalah bagaimana meningkatkan keuntungan tidak memikirkan kesehatan pembeli. Kedua permainan tradisonal, pesan yang dibawa di tiap-tiap permainan tradisional membuat kita berlatih untuk bekerjasama, mengikatkan tali persaudaraan dan yang paling penting kita di ajarkan untuk tidak egois. Simple-nya sih tiap-tiap permainan tradisional dimainkan sekitar dua orang lebih. Beda dengan permainan modern yang notabenenya hanya bisa dimainkan satu orang dan itupun pemilik handphone.
Pernah ada satu kejadian dimana ketika saya melihat tiga orang pemuda lagi duduk di sebuah resto, dua di antara pemuda itu sibuk dengan gadget mereka yang dari jauh nampak seperti talenan (tatakan untuk memotong bawang dan cabe-red). Sewaktu saya menghampiri tiga pemuda tersebut ternyata dua diantaranya sibuk memainkan game yang ada di gadget mereka. Bagaimana nasib temannya yang satu lagi? Apapun yang kalian pikirkan jawabnya simple „kasian‟. Saya langsung mengamati teman dari ketiga pemuda tadi dengan seksama. Terkadang dia meminum minumannya, terkadang dia menyeka keringat di dahinya dan sambil menatap nanar kedua temannya yang asik memainkan gadget. Ya begitulah sampai akhirnya mereka pulang kedua pemuda tadi masih sibuk memainkan gadgetnya.
"„iyaa kita akhirnya sampai di penghujung acara ini….‟ terdengar suara mc yang menggelegar dan membuat saya tersadar dari lamunan ini.Perform yang mengisi acara ini juga ciamik banget membuat saya dan teman-teman merasa betah seperti berada di rumah sendiri. Konsep yang sederhana dengan nuansa daerah membius penonton untuk tetap stay menyaksikan acara ini hingga selesai dan tak lupa saya dan teman-teman dari paroki Santa Clara ikut terlibat untuk mengisi dan meramaikan panggung acara dari tim PSDM KKMK Arnoldus ini.
Terima kasih tim PSDM KKMK sudah mengundang kami acara kalian KEREN….
Pesan dari adanya acara ini. kita sebagai kaum muda harusnya menjaga kebudayaan ini dan melestarikannya, banggalah terhadap budaya yang kita miliki jangan pernah meninggalkan atau menjual apa yang menjadi
pedoman kebudayaan kita.
Ada pepatah mengatakan „rumput tetangga jauh lebih indah dari rumput kita‟ itu menurut saya salah besar karena kalau kita merawat dan menjagasedemikian rupa rumput yang kita miliki toh lama-kelamaan „rumput kita jauh lebih indah dari rumput tetangga‟.
-ninno-
Dengan suasana malam yang dingin tepat di hari Jumat, 4 Oktober 2013 lampu-lampu di sekitar panggung, baju-baju daerah yang di pakai panitia dan alunan musik tiap-tiap daerah juga ikut mengambil ahli hati ini untuk mengucap „saya kangen rumah‟ ya begitulah ujar teman saya Anjar yang dari awal pintu masuk sudah bernyanyi-nyanyi mengikuti alunan lagu lir ilir. Acara ini membahas semua tentang budaya. Budaya sendiri kalau dideklarasikan tidak identik dengan busana daerah dan tari tradisionalnya saja namun dengan makanan tradisonal dan permainan tradisional. Siapa sih yang tidak mengenal makanan yang bernama Gethuk? Siapa sih yang tidak mengenal permainan yang bernama Ampar-ampar pisang?. Mungkin hanya bapak dan ibu kita yang masih mengingatnya.
Dunia semakin lama semakin melaju cepat menuju tingkat yang lebih modern lagi. Tempat-tempat makanan modern cepat saji semakin banyak dan games canggih sudah ada di satu benda yang bernama „handphone‟.
Yap dunia memang semakin maju. Jika kita teliti lagi, pertama makanan tradisional jauh lebih menyehatkan dari pada makanan cepat saji yang kita belum tahu bahan makanan itu higenis atau tidak yang ada dipikiran
penjual adalah bagaimana meningkatkan keuntungan tidak memikirkan kesehatan pembeli. Kedua permainan tradisonal, pesan yang dibawa di tiap-tiap permainan tradisional membuat kita berlatih untuk bekerjasama, mengikatkan tali persaudaraan dan yang paling penting kita di ajarkan untuk tidak egois. Simple-nya sih tiap-tiap permainan tradisional dimainkan sekitar dua orang lebih. Beda dengan permainan modern yang notabenenya hanya bisa dimainkan satu orang dan itupun pemilik handphone.
Pernah ada satu kejadian dimana ketika saya melihat tiga orang pemuda lagi duduk di sebuah resto, dua di antara pemuda itu sibuk dengan gadget mereka yang dari jauh nampak seperti talenan (tatakan untuk memotong bawang dan cabe-red). Sewaktu saya menghampiri tiga pemuda tersebut ternyata dua diantaranya sibuk memainkan game yang ada di gadget mereka. Bagaimana nasib temannya yang satu lagi? Apapun yang kalian pikirkan jawabnya simple „kasian‟. Saya langsung mengamati teman dari ketiga pemuda tadi dengan seksama. Terkadang dia meminum minumannya, terkadang dia menyeka keringat di dahinya dan sambil menatap nanar kedua temannya yang asik memainkan gadget. Ya begitulah sampai akhirnya mereka pulang kedua pemuda tadi masih sibuk memainkan gadgetnya.
"„iyaa kita akhirnya sampai di penghujung acara ini….‟ terdengar suara mc yang menggelegar dan membuat saya tersadar dari lamunan ini.Perform yang mengisi acara ini juga ciamik banget membuat saya dan teman-teman merasa betah seperti berada di rumah sendiri. Konsep yang sederhana dengan nuansa daerah membius penonton untuk tetap stay menyaksikan acara ini hingga selesai dan tak lupa saya dan teman-teman dari paroki Santa Clara ikut terlibat untuk mengisi dan meramaikan panggung acara dari tim PSDM KKMK Arnoldus ini.
Terima kasih tim PSDM KKMK sudah mengundang kami acara kalian KEREN….
Pesan dari adanya acara ini. kita sebagai kaum muda harusnya menjaga kebudayaan ini dan melestarikannya, banggalah terhadap budaya yang kita miliki jangan pernah meninggalkan atau menjual apa yang menjadi
pedoman kebudayaan kita.
Ada pepatah mengatakan „rumput tetangga jauh lebih indah dari rumput kita‟ itu menurut saya salah besar karena kalau kita merawat dan menjagasedemikian rupa rumput yang kita miliki toh lama-kelamaan „rumput kita jauh lebih indah dari rumput tetangga‟.
-ninno-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar