Sebelum gue memulai tulisan ini gue mau bertanya ‘apa sih hari anak itu?’ mungkin sebagian orang, ada yang belum tahu apa sebenarnya hari anak itu. Jujur gue sendiri juga belum tahu persis, apa itu hari anak. So, apa itu hari anak nasional?
Karena rasa penasaran gue ini sedikit lebih besar dari pada rasa lapar gue yang horor. Biasanya kalau gue udah laper gue enggak bisa membedakan mana makanan basi mana makanan segar, apapun makanannya langsung gue sikat habis. Hororkan?. Oh iya lanjut ke topik. Karena rasa penasaran gue akan pertanyaan di atas. Gue langsung mencari tahu ke semua teman-teman gue dan jawaban dari m ereka semua simple ‘ah itu mah cuma lomba anak-anak doang, ya hampir mirip 17 agustus-lah’. Merasa belum puas atas jawaban mereka, akhirnya gue mencari tahu lewat om google. Berikut kutipannya,
“Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Berbanggalah anda yang saat ini masih berstatus sebagai anak. Bagaimana tidak? Hari ini sengaja didedikasikan bagi kita, anak-anak Indonesia. Anak-anak yang akan dan sedang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik.Orang tua selalu mengatakan sampai umur berapapun kita, selama mereka hidup di dunia ini kita akan selalu menjadi seorang anak di mata mereka. Terkadang hal ini masih sulit diterima oleh sebagian orang. Masa sudah punya anak masih terus dibilang anak-anak. Perasaan ini baru terasa sampai akhirnya menginjak fase hidup seperti orang tua kita.
Sejak hari ini, mari kita jalani hidup dengan tambahan semangat dari HAN. Sebagai anak yang mulai ‘dewasa’ coba berusaha memberikan sesuatu yang lebih bermakna dalam hidup anak-anak kita. Tidak hanya anak sendiri, tapi juga anak-anak yang lain. Pastikan mereka mempunyai bekal tidak hanya harta dan jabatan. Pastikan mereka mempunyai modal hati dan pikiran yang kuat. Semua itu kelak akan menjadi bekal mereka dalam hidup berdampingan di Indonesia yang lebih baik nantinya”.
Waktu gue selesai membaca ini fikiran gue langsung bekerja dua kali lebih cepat dari keong dan bertanya ke diri gue sendiri. Apa bisa anak-anak jaman sekarang mengubah Indonesia menjadi lebih baik lagi?. Karena menurut gue tujuh dari sepuluh persen anak kecil menghabiskan waktu di depan gadget menunggu sms dari pacarnya. Enggak heran anak kelas lima SD sudah punya mantan enam. Tontonan televisi juga sekarang lebih dominan kurang mendidik, banyak sinetron cinta-cintaan bertebar di semua stasiun televisi. Tunggu! Jangan salahkan program tv -nya tapi salahkan kedua orang tua mereka yang tidak mengawasi anaknya menonton program tivi yang tidak sesuai dengan umur mereka dan ini sangat berpengaruh loh terhadap tumbuh kembang anaknya. Jangan heran jika anak umur enam tahun bertanya ‘ciuman itu apa?’ lalu orang dewasa akan berpura-pura mengalihkan pembicaraan ‘wow adek mainannya bagus banget siapa yang beliin?’
Sedih itu ketika ada seorang anak kecil dianiaya sama bapaknya dan si anak disuruh menafkahi bapaknya dengan mengamen di lampu merah panas-panasan dan hujan-hujanan lalu hasil mengamennya dipakai bapaknya buat berjudi. Tragis banget hidup si anak. Hina hina banget bapaknya.
Ada pepatah yang mengatakan “Anak-anak seperti semen basah. Apapun yang jatuh padanya akan membuat kesan (membekas)”. Satu pesan gue buat mengakhiri tulisan ini ADALAH JENG-JENG (sengaja di bikin horor) semoga mereka dimasa kecilnya dapat hidup tanpa trauma dan semoga dengan hari anak nasional ini anak anak lebih mendapat perlakuan baik bukan dianiaya, ditelantarkan, dan disia-siakan.
Oh iya, pandangan gue tentang hari anak adalah dimana semua anak akan berkumpul, bersatu dan berteriak…
Selamat Hari Anak Nasional, sahabat.
Karena rasa penasaran gue ini sedikit lebih besar dari pada rasa lapar gue yang horor. Biasanya kalau gue udah laper gue enggak bisa membedakan mana makanan basi mana makanan segar, apapun makanannya langsung gue sikat habis. Hororkan?. Oh iya lanjut ke topik. Karena rasa penasaran gue akan pertanyaan di atas. Gue langsung mencari tahu ke semua teman-teman gue dan jawaban dari m ereka semua simple ‘ah itu mah cuma lomba anak-anak doang, ya hampir mirip 17 agustus-lah’. Merasa belum puas atas jawaban mereka, akhirnya gue mencari tahu lewat om google. Berikut kutipannya,
“Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Berbanggalah anda yang saat ini masih berstatus sebagai anak. Bagaimana tidak? Hari ini sengaja didedikasikan bagi kita, anak-anak Indonesia. Anak-anak yang akan dan sedang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik.Orang tua selalu mengatakan sampai umur berapapun kita, selama mereka hidup di dunia ini kita akan selalu menjadi seorang anak di mata mereka. Terkadang hal ini masih sulit diterima oleh sebagian orang. Masa sudah punya anak masih terus dibilang anak-anak. Perasaan ini baru terasa sampai akhirnya menginjak fase hidup seperti orang tua kita.
Sejak hari ini, mari kita jalani hidup dengan tambahan semangat dari HAN. Sebagai anak yang mulai ‘dewasa’ coba berusaha memberikan sesuatu yang lebih bermakna dalam hidup anak-anak kita. Tidak hanya anak sendiri, tapi juga anak-anak yang lain. Pastikan mereka mempunyai bekal tidak hanya harta dan jabatan. Pastikan mereka mempunyai modal hati dan pikiran yang kuat. Semua itu kelak akan menjadi bekal mereka dalam hidup berdampingan di Indonesia yang lebih baik nantinya”.
Waktu gue selesai membaca ini fikiran gue langsung bekerja dua kali lebih cepat dari keong dan bertanya ke diri gue sendiri. Apa bisa anak-anak jaman sekarang mengubah Indonesia menjadi lebih baik lagi?. Karena menurut gue tujuh dari sepuluh persen anak kecil menghabiskan waktu di depan gadget menunggu sms dari pacarnya. Enggak heran anak kelas lima SD sudah punya mantan enam. Tontonan televisi juga sekarang lebih dominan kurang mendidik, banyak sinetron cinta-cintaan bertebar di semua stasiun televisi. Tunggu! Jangan salahkan program tv -nya tapi salahkan kedua orang tua mereka yang tidak mengawasi anaknya menonton program tivi yang tidak sesuai dengan umur mereka dan ini sangat berpengaruh loh terhadap tumbuh kembang anaknya. Jangan heran jika anak umur enam tahun bertanya ‘ciuman itu apa?’ lalu orang dewasa akan berpura-pura mengalihkan pembicaraan ‘wow adek mainannya bagus banget siapa yang beliin?’
Sedih itu ketika ada seorang anak kecil dianiaya sama bapaknya dan si anak disuruh menafkahi bapaknya dengan mengamen di lampu merah panas-panasan dan hujan-hujanan lalu hasil mengamennya dipakai bapaknya buat berjudi. Tragis banget hidup si anak. Hina hina banget bapaknya.
Ada pepatah yang mengatakan “Anak-anak seperti semen basah. Apapun yang jatuh padanya akan membuat kesan (membekas)”. Satu pesan gue buat mengakhiri tulisan ini ADALAH JENG-JENG (sengaja di bikin horor) semoga mereka dimasa kecilnya dapat hidup tanpa trauma dan semoga dengan hari anak nasional ini anak anak lebih mendapat perlakuan baik bukan dianiaya, ditelantarkan, dan disia-siakan.
Oh iya, pandangan gue tentang hari anak adalah dimana semua anak akan berkumpul, bersatu dan berteriak…
"PEDULIKAN KAMI. KAMI CALON PENERUS BANGSA"
Selamat Hari Anak Nasional, sahabat.
~Ninno~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar